Minggu, 04 Januari 2015

Pendekatan Teks Studi Islam



PENDEKATAN TEKS STUDI ISLAM
MAKALAH
Disusun Guna Memenuhi Tugas 
Mata Kuliah: Pengantar Studi Islam
Dosen Pengampu: M. Rikza Chamami, MSI
 

Disusun Oleh:
Nor Rofi’                    (133911017)
Lasmi Wiharyati          (133911018)
Adam Rizqi al Azizi   (133911019)
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2014


 
Pendekatan Teks Studi Islam


       I.            PENDAHULUAN
 
Islam adalah agama rahmatal lil alamin. Sumber ajaran Islam adalah al-Quran yang dijelaskan secara global dan hadis yang menjelaskan secara spesifik.
Dalam surat al-Maidah ayat 3:
    
الْÙŠَÙˆْÙ…َ Ø£َÙƒْÙ…َÙ„ْتُ Ù„َÙƒُÙ…ْ دِينَÙƒُÙ…ْ ÙˆَØ£َتْÙ…َÙ…ْتُ عَÙ„َÙŠْÙƒُÙ…ْ Ù†ِعْÙ…َتِÙŠ Ùˆَرَضِيتُ Ù„َÙƒُÙ…ُ الْØ¥ِسْÙ„َامَ دِينًا
Artinya:
“Pada hari ini telah Ku-sempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmay-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu” (al-Maidah: 3)
Pada dasranya Islam bukan hanya sekedar agama namun juga ada bberapa aspek lain yang mempengaruhi seperti kebudayaaan dan ilmu pengetahuan. Oleh karena itu untuk memahami berbagai dimensi ajaran Islam tersebut diperlukan berbagai pendekatan yang digali dari berbagai disiplin ilmu.
Agama tidak sekedar menjadi lambang  kesahihan saja melainkan bagaimana kita memecahkan berbagai masalah yang ada disebuah kehidupan masyarakat. Karena Islam dimasa modern ini banyak permasalahan-permasalahan baru. Hal ini sangat menarik untuk dikaji agar dapat mengetahui pendekatan apa saja yang digunakan untuk mengkaji Islam.
Kenyataan ini merangsang timbulnya minat para ahli untuk mengamati dan mempelajari agama, baik sebagai ajaran yang diturunkan melalui kewahyuan maupun sebagai bagian dari masyarakat, minat orang untuk mengamati dan mempelajari agama itu didasarkan atas anggapan dan pandangan bahwa agama merupakan sesuatu yang berguna bagi kehidupan pribadinya dan untuk manusia. Akan tetapi juga ada yang didasarkan atas pandangan yang negative dengan anggapan yang sisnis terhadap agama karena agama baginya merupakan khayal, ilisi, dan merusak masyarakat.
Untuk mempelajari sebuah agama seseorang memerlukan sebuah pemahaman melalui pendekatan-pendekatan, baik pendekatan teks maupun konteks. Namun apa yang dipaparkan dalam makalah inibukan sebuah uraian yang utuh melainkan hanya sebagian dari macam pendekatan yang digunakan dalam mengkaji Islam yaitu ditinjau dari pendekatan teks studi Islam.   


       I.            RUMUSAN MASALAH

Adapun rumusan masalah yang penulis ambil diantaranya:
a.       Apa Pengertian Pendekatan Teks Studi Islam?
b.      Bagaimana Pemahaman Agama bila dilihat dari Pendekatan Normatif?
c.       Bagaimana Pemahaman Agama bila dilihat dari Pendekatan Semantik?
d.      Bagaimana Pemahaman Agama bila dilihat dari Pendekatan Filologi?
e.       Bagaimana Pemahaman Agama bila dilihat dari Pendekatan Hermeneutika?
f.       Bagaimana Pemahaman Agama bila dilihat dari Pendekatan Wacana?



       I.            PEMBAHASAN

A.    Pendekatan Teks Studi Islam
Pendekatan menurut KBBI adalah proses perbuatan, cara mendekati, usaha dalam rangka aktivitas penelitian untuk mengadakan hubungan dengan orang yang diteliti, metode-metode untuk mencapai pengertian tentang masalah penelitian.
Mulyanto Sumardi menyatakan bahwa pendekatan bersifat axiomatic. Yang terdiri dari serangkaian asumsi mengenai hakikat bahasa dan pengajaran bahasa serta belajar bahasa. Bila dikaitkan dengan pendidikan Islam, pemdekatan mempunyai arti serangkain asumsi mengenai hakikat pendidikan Islam dan pengajaran agama Islam.
Studi Islam dalam bahasa Arab disebut Dirasah Islamiyah, sedangkan dalam bahasa Barat disebut Islamic Studies. Maka studi Isalm dapat diartikankajian mengenai hal-hal yang berhubungan dengan agama Islam.
Jadi pendekatan teks studi Islam adalah usaha untuk mempelajari secar mendalam tentang seluk-beluk agama Islam secara makna teks atau tertulis. Pada bab ini pembaca diajak mengkaji berbagai pendekatan yang dapat digunakan dalam memahami, khususnya Islam. Hal demikian perlu dilakukan karena melalui pendekatan tersebutlah, kehadiran agama secara fungsional dapat dirasakan oleh penganutnya. Sebaliknya tanpa mengetahui berbagai pendekatan tersebut, tidak mustahil agama menjadi sulit dipahami oleh masyarakat, tidak fungsional dan akhirnya masyarakat mencari pemesahan masalah kepada selain agama dan hal itu tidak boleh terjadi. Pendekatan teks studi Islam ada lima, yaitu pendekatan Normatif, Semantik, Filologi, Hermeunetika dan Wacana.   
B.     Pendekatan Normatif
Kata normatif berasal dari bahasa Inggris norm yang berarti notma ajaran, acuan, ketentuan tentang masalah yang baik dan buruk yang boleh dilakukan dan yang tidak boleh dilakukan. Sedangkan pendekatan normatif adalah studi Islam yang memandang masalah dari sudut legal-formalnya. Legal-formal adalah hukum yang ada hubungannya dengan halal dan haram, boleh atau tidak dan sejenisnya. [1]
Pendekatan normatif mempunyai cakupan yang sangat luas sebab seluruh pendekatan yang digunakan oleh ahli Ushul Fiqih (Ushuliyah), ahli hukum Islam (Fuqoha), ahli Tafsir (Mufasirin) dan ahli Hadist (Muhaditsin).
Biasanya pendekatan normatif menggunakan dua teori yaitu:
a.       Teori yang pertama adalah hal-hal yang bertujuan untuk mengetahui kebenaran serta dapat dibuktikan secara empirik dan eksperimental.
b.      Teori yang kedua adalah hal-hal yang sulit dibuktikan secara empirik dan eksperimental.
Untuk hal-hal yang dibuktikan secara empirik biasanya disebut masalah yang berhubungan dengan ra’yi (penalaran), sedangkan masalah-masalah yang tidak berhubungan dengan empirik biasanya diusahakan pembuktiannya dengan mendahulukan kepercayaan. Hanya saja cukup sulit menentukan hal-hal apa saja yang masuk klasifikasi empiric dan mana yang tidak terjadi sehingga menyebabkan perbedaan pendapat dikalangan para ahli. Maka sikap yang perlu dilakukan dengan pendekatan normatif adalah sikap kritis.
    Dalam aplikasinya pendekatan normatif tekstualis tidak menemui kendala yang berarti ketika dipakai untuk melihat dimensi Islam normatif yang bersifat Qoth’i. persoalannya justru akan semakin rumit ketika pendekatan ini dihadapkan pada realita dalam al-Quran bahkan diamalkan oleh komunitas tertentu secara luas. Contoh yang paling kongkrit adalah adanya ritual tertentu pada komunitas muslim yang sudah mentradisi secara turun menurun, seperti slametan (Tahlilan atau Kenduren).
Dari urain tersebut terlihat bahwa pendekatan normatif tekstualis dalam memahami agama menggunakan cara berfikir deduktif yaitu cara berfikir yamg berawal dari keyakinan yang diyakini benar dan mutlak dan sehingga tidak perlu dipertanyakan terlebih dahulu melainkan dimulai dari keyakinan yang selanjutnya diperkuat dengan dalil-dalil dan argumentasi.
C.    Pendekatan Semantik
Semantik berasal dari bahasa Yunani senanticos yang berarti memberikan tanda dan penting. Cabang linguisatik yang mempelajari makna yang terkandung pada suatu bahas , kode, atau jenis representasi lainnya.
Semantik melakukan upaya pemaknaan terhadap simbol-simbol teks yang berakar dari teks itu sendiri. Pembagian makna dalam semantik disajikan dengan beragam latar belakang, mulai dari makna perbedaan suara (fonetik), makna dalam perbedaan gramatikal, makna dalam perbedaan leksikal dan makna dalam perbedaan sosiolonguistik. Sedangkan pada proses berikutnya semantic lebih memahami pada kontekstualitas teks untuk menghasilkan sebuah makna. Dalam semantic, pergulatan dalam analisas makna suatu teks terus berkembang hingga saat ini, baik yang menganalisa dari unsur leksikal, gramatikal, maupun kontekstual. Masing-masing memiliki daya analisa yang sambung, yang tidak dapat dilepaskan dalam kajian semantic.
Maksud dari pendekatan semantik diatas adalah kajian yeng menekankan pada aspek bahasa. Maka studi Islam yang menggunakan pendekatan semantik sama artinya dengan menekankan pada unsure bahasa yang dalam bahasa arab disebut lughowi. Pendekatan ini popular dalam kajian tafsir dan fiqih. Dalam penelitian hukum Islam dengan pendekatan semantik ada dua pendekatan yang umum digunakan, yakni:[2]
1.      Sisi bahasa, mencakup bahasa yang luas dari sisi struktur atau gramatikal, tunjukannya dan maknawi.
2.      Sisi illat.
3.      Hikmah (analogi).
Pendekatan semantik menekankan bahasa sebagai alat terpenting untuk memasuki warisan Islam dan memahami materi tekstual bahasa-bahasa yang digunakan di dunia Islam yang dipelajari secara luas. Tidak dapat disangkal lagi pendekatan bahasa akan memainkan peran penting dalam studi Islam, banyak dijumpai dokumen pada masa lalu yang membahas sejarah, teologi dan hukum.[3]  
Berikut adalah contoh penerapan teori semantik pada salah satu kata kunci dalam al-Quran yaitu kata nisaa sebagai objek terapan dari pendekatan semantik. Kata nisaa mempunyai nama lain di al-Quran dalam berbagai bentuk diantaranya niswah, nisa ukum, nisa ikum, nisa ihim, nisa ihinna dan nisa ana terulang sebanyak 56 kali dalam al-Quran. Namun kesemuanya mewakili objek perempuan secara umum dengan segala peran dan kebudayaan meski disebut dalam konteks yang berbeda-beda antara lain:
1.      Dalam ranah social yaitu perempuan memiliki kesempatan yang sama untuk berkarir dan mendapatkan reword atas apa yang telah dikerjakan serta hak untuk mendapatkan harta pusaka.
2.      Dalam aspek alamiah sebagai penyempurna laki-laki dalam melaksanakan peran reproduksi dan regenerasi.
3.      Dalam ranah spiritual yaitu perempuan memiliki potensi untuk menjadi hamba yang unggul dengan sebuah ketaqwaan.
Pendekatan semantik dalam menafsirkan al-Quran lebih nampak pada pemaknaan yang mereposisikan teks al-Quran pada tekstualitas dan kontekstualitasnya. Kemudian semantik sebagai nagian dalam ilmu kebahasaan memberikan daya tambah terhadap dimensi bahasa dan makna yang terkandung dalam al-Quran. Toshihiko Izutsu lebih jauh mengglobalkan pemaknaan al-Quran dalam dimensi makna dasar dan makna relasional. Analisa ini mempunyai kecenderungan pemaknaan yang sangat luas dari segala dimensi pembentukan ayat-ayat al-Quran. Satu sisi semantik memang mempunyai daya teori yang mampu menagkap makna teks. Ini membuktikan bahwa antara semantik dan al-Quran sama-sama memiliki karakteristik penganalisisan. Al-Quran sebagai kitab suci yang membawa segala symbol yang menyertai teksnya, baik secara ideology, kesejahteraan, norma, dan segala segmen kehidupan kemanusiaan yang terkandung dalam al-Quran. Sedangkan semantic dalam disiplin keilmuan membentangkan analisa teks yang sangat khusus sebagai ilmu bantu bahasa.     
D.    Pendekatan Filologi
Filologi berasal dari bahasa Yunani Philos dan Philein yang berarti cinta dan logos berarti kata. Pada kedua kata itu membentuk arti cinta kata atau senang bertutur. Maka ini berkembang menjadi senang belajar atau senang kebudayaan. Dalam KBBI filologi berarti ilmu tentang perkembangan, ilmu kerohanian suatu bangsa dan kekhususannya atau tentang kebudayaan berdasarkan bahasa dan sastranya.
Secara terminologi pendekatan filologi adalah ilmu yang mempelajari bahasa, budaya dan sejarah suatu bangsa melalui bahan tertulis. Filologi diartikan sebagai ilmu yang menyelidiki masa kuno dan nilai berdasarkan naskah-naskah tertulis. Orang yang meneliti kajian sastra dan kebudayaan disebut filolog. Jadi pendekatan filologi adalah pengetahuan tentang sastra-sastra dalam arti luas yang mencakup sastra bahasa dan kebudayaan. Maka filologi berguna untuk meneliti bahasa, kajian linguistik, makna kata-kata dan penilaian terhadap ungkapan karya sastra.
Objek kajian filologi adalah teks sasaran kerjanya berupa naskah. Naskah merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan peninggalan tulisan masa lampau dan teks merupakan kandungan yeng tersimpan dalam suatu naskah. Naskah sring pula disebut manuskrip atau kodeks yang berarti tulisan tangan.
Naskah yang menjadi objek kajian filologi mempunyai karakteristik bahwa naskah tersebut tercipta dari latar social budaya masyarakat pembaca masa kini dan kondisinya sudah rusak. Bahan yang berupa kertas dan tinta serta bentuk tulisan, dalam perjalanan waktu telah mengalami kerusakan atau perubahan. Gejala yang demikian ini terlihat dari munculnya berbagai variasi bacaan dalam karya tulisan masa lampau.
Istilah pendekatan filologis mencakup pengertian-pengertian istilah akademik, baik sebagai kajian secara umum yang disebut sebagai filologi klasik, maupun perkembangan mutakhirnya yang mengalami penyempitan sebagai bagian ilmu linguistik modern.
1.      Filologi Klasik
Lepas dari sentuhan mutakhir dalam perkembangan ilmu filologi, pendekatan ilmiah yang memakai filologi sebagai alat analisis dalam sejarah perkembangan kajian al-Quran dan ulumul Quran atau dalam kajian Islam secara umu seudah dilakukan sejak lama lantaran materi al-Quran dan Hadis tertuang dalam bahasa Arab. 
2.      Filologi Modern
Penelitian terhadap bidang kajian tafsir hadis melalui pendekatan filologi dalam lingkungan akademiknya. Secara modern dalam ilmu linguistik modern menemukan arti pentingnya dalam mengkaji relasi transkripsi sebuah teks dengan sumber-sumber aslinya.
Agama sebagai sasaran penelitian budaya tidaklah berarti agama yang diteliti itu adalah hasil kreasi budaya manusia, sebagian agama tetap diyakinkan sebagai wahyu dari Tuhan. Yang dimaksudkan bahwa pendekatan yang digunakan adalah pendekatan penelitian yang lazim digunakan dalam penelitian budaya.
    Ada dua pokok dalam kegiatan filologi, antar lain:[4]
a.       Penulisan atau penyalinan kembali terhadap teks asli.
b.      Pemahaman atau memahami teks asli yang ada.
Maka yang ingin dikaji oleh filolog adalah memahami dan menyalin teks untuk disesuaikan dengan teks aslinya dan pada tahap berikutnya merupakan kelanjutan berusaha untuk membahas sesuai dengan bahasa yang ada pada masa filolog. Pendekatan filologi dapat digunakan hampir disemua aspek kehidupan umat Islam, tidak hanya untuk kepentingan orang barat, tetapi untuk kepentingan dunia Islam sendiri. Penelitian filologi banyak dilakukan oleh pembaharuan, intelektual, polisi dan lain sebagainya.  
Contoh filologi suatu penelitian tentang naskah-naskah, seperti penelitian Nabila Lubis tentang naskah Zubdat al-Asrar fi Tahqiq ba’ad Masyarib al-Akhyar karya Syaikh Yusuf al-Makassari ditulis dalam bahasa Arab. Menurut Nabila Lubis ada empat naskah Zubdat al-Asrar. Sekarang ini tiga buah disimpan di Indonesia dan satu naskah tersimpan di Universitas Leiden dengan beberapa variasi satu sama lain. Lubis hanya berkonsentrasi pada salh satu naskah tersebut. Setelah itu mengecek keaslian naskah itu sebagai karangan Syaikh Yusuf al-Makassari dan mempelajari variasinya dari ketiga naskah lainnya, lalu Ia menerjemahkan kedalam bahasa Indonesia. Isinya Ia pahami dan pokok-pokok bahasanya dikelompokkan. Naskah tersebut menjelaskan tentang dasar tauhid, rukun Iman dan rukun Islam. Pikiran-pikiran Syaikh Yusuf al-Makassari dipahami dalam keseluruhan pikiran keagamaan dengan bantuan pemahaman atas sejarah kehidupannya.[5] 
Dalam pendekatan filologi, ada beberapa hal yang mungkin terjadi pada filolog yaitu berupa kesalahan dan perubahan, diantaranya:[6]
1)      Kurang memahami bahasa
2)      Kurang memahami pokok persoalan teks
3)      Karena tulisannya kurang jelas
4)      Karena salah baca
5)      Karena kurang teliti
E.     Pendekatan Hermeneutika
Kata hermeneutick berasal dari Yunani hermeneuin yang berarti mengartikan, menafsirkan, menerjemahkan atau bertindak sebagai penafsir. Hermeneutik bertujuan untuk menunjukkan ajaran tentang aturan-aturan yang harus diikuti dalam menafsirkan dalam sebuah teks dari masa lampau, seperti teks kitab suci al-Quran dan teks klasik (Yunan dan Romawi).
Pada dasarnya hermeneutic berhubungan erat dengan bahasa, tidak hanya berfungsi sebagai alat komunikasi atau perantara dalam menyampaikan suatu maksud, tapi merupakan proses berfikir, berbicara, menulis maupun berkarya, baik yang diwujudkan dalam bentuk teks maupun tanda-tanda lain. Ada tiga variable yang berperan saat proses mengartikan, menerjemahkan dan menafsirkan pada sebuah teks. Teks menjadi komunikatif bila variable diperhatikan, yakni: The word of the teks, The word of author, The word of reader.
  Dalam konteks studi Islam, hermeneutik biasanya dipahami sebagai bentuk ilmu tafsir yang mendalam dan bercorak filosofis. Istilah hermeneutik dalam sejarah keilmuan Islam memang tidak ditemukan terutama pada tafsir al-Quran klasik.tetapi sebagian dijelaskan oleh Farid Essack, praktek hermeneutik ssebenarnya telah dilakukan oleh umat Islam sejak lama saat menghadapi al-Quran.
Praktek hermeneutik sebenarnya telah dilakukan oleh umat Islam sejak lama, khususnya saat menghadapi al-Quran. Buktinya adalah:
1.      Problem hermeneutik senantiasa dialami dan dikaji meski tidak ditampilkan secara devinitif terbukti dalam kajian asbabul nuzul dan nasakh-mansukh.
2.      Perbedaan antara komentar-komentar yang actual terhadap al-Quran (tafsir) dengan aturan, teori atau metode penafsiran yang dibentuk dalam ilmu tafsir.
3.      Tafsir tradisional selalu dimasukkan dalam katagori-katagori, misalnya tafsir-tafsir Syiah, tafsir Mu’tazilah, tafsir hukum maupun tafsir fisafat. Kemudian hal ini menunjukkan adanya kelompok-kelompok tertentu yang berbeda ideology.
Dalam studi hermeneutik, unsur interpretasi merupakan kegiatan yang paling penting. Sebab interpretasi merupakan landasan bagi metode hermeneutik. Cara kerja interpretasi bukanlah dilakukan secara bebas dan semau interprener. Kerja interpretasi harus dilakukan dengan bertumpu pada kerja eviden objektif, yakni bertolak dari fakta bahwa sebagian besar perbendaharaan ilmu social terdiri atas konsep tindakan.
Pada intinya, corak pada masa awal keislaman hermeneutic keislaman al-Quran adalah bersifat penerimaan teologis terhadap al-Quran dan penafsiran resminya yaitu sunah Nabi. Kalaupun terdapat penafsiran terhadap teks al-Quran, bukan merupakan upaya hermeneutik dalam penegertian penggunaan metode pemahaman yang jelas. Hermeneutik yang dikembangkan para sahabat paling besar hanya dapat dinilai sebagai seni menafsirkan teks yang diperoleh berdasarkan kepekaan intuitif mereka akibat pengalaman religious yang mendalam setelah hidup akrab bersama-sama dengan Nabi.[7]
Dengan memfokuskan pada tokoh tertentu, Quraish Syihab telah meneliti hamper seluruh karya tafsir yang dilakukan para ulama terdahulu, dari penelitian tersebut telah dihasilkan beberapa kesimpulan yang berkenaan dengan tafsir. Quraish Syihab mengatakan bahwa corak-corak penafsiran yang dikenal selama ini antara lain:[8]
a.       Corak sastra bahasa, timbul akibat kelemahan-kelemahan orang Arab sendiri disbanding sastra, sehingga dirasakan kebutuhan untuk menjelaskan kepada mereka tentang keistemewaan dan kedalaman arti kandungan al-Quran.
b.      Corak filsafat dan teologi, akibat penerjemahan kitab filsafat yang memengaruhi sebagian pihak, serta akibat masuknya penganut agama-agama lain ke dalam Islam. Sadar atau tidak setuju yang tercermin dalam penafsiran mereka.
c.       Corak penafsiran ilmiah, akibat kemajuan ilmu pengetahuan dan usaha penafsiran untuk memahami ayat-ayat al-Quran sejalan dengan perkembangan ilmu.
d.      Corak fiqih atau hukum, akibat berkembangnya ilmu fiqih terbentuknya madzhab-madzhab fiqih yang setiap golongan berusaha membuktikan kebenaran pendapatnya berdasarkan penafsiran-penafsiran mereka terhadap ayat-ayat hukum.
e.       Corak tasawuf, akibat timbulnya gerakan-gerakan sufi sebagai reaksi terhadap kecenderungan berbagai pihak terhadap materi atau sebagai konsep kompensasi terhadap kelemahan yang dirasakan.
f.       Corak sastra budaya kemasyarakatan, bermula pada Muhammad Abduh yakni suatu corak yang mencoba menjelaskan petunjuk ayat-ayat al-Quran yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat. 
Secara umum pendekatan yang sering dipakai oleh para mufasir adalah:[9]  
1.      Bahasa
Disepakati oleh sebuah pihak bahwauntuk memahami kandungan al-Quran diperlukan pengetahuan bahasa Arab. Untuk memahami suatu kata dalam rangkaian redaksi suatu ayat. Seseorang harus meneliti terlebuh dahulu apa saja pengertian yang dikandung oleh kata tersebut.
2.      Konteks antara kata dan ayat
Untuk memahami pengertian suatu kata dalam tangkaian ayat tidak dapat dilepas dari konteks kata tersebut dengan keseluruhan kata dalam redaksi ayat.
3.      Sifat penemuan ilmiah
Seorang bahkan tidak mengatas namakan al-Quran terhadap perincian penemuan ilmiah yang tidak dikandung oleh redaksi ayat-ayat-Nya, karena al-Quran seperti yang telah dikemukakan pembahasan semula tidak merinci seluruh imu pengetahuan walaupun ada yang berpendapat bahwa al-Quran mengandung pokok-pokok segala ilmu pengetahuan.
Dalam menafsirkan al-Qur’an maka pengertian-pengrtiannya harus dicari dari dalam al-Quran itu agar tidak terjadi penyimpangan dari inti isi yang terdapat di dalam ayat-ayat yang jelas dan tegas. Dengan garis-garis pikiran yang terdapat di dalam ayat-ayat yang jelas dan tegas itu dan dengan menggunakan akal secara murni dan bersih akan dapatlah hidayah isi yang terkandung di dalam ayat-ayat dengan kata-kata kiasan.[10]
Contoh pendekatan hermeunetik dalam studi Islam adalah analisis operasional hermeneutic dalam tafsir al-Manar karya Muhammad Abduh dan tafsir al-Azhar karya Haka yang dilakukan oleh Fakrhrudin Faiz.
F.     Pendekatan Wacana
Pendekatan wacana dapat disebut wacana analisis. Sebuah analisis digunakan untuk melacak dan menganalisis historitas lahirnya konsep dengan latar belakang. Teori yang umum dengan pendekatan ini adalah teori Arkeologi Ilmu Pengetahuan yang ditawarkan Michel Foucault (1926-1984).[11]  
Pandangan Saphioro ini menyiratkan bahwa kaidah norma, atau standar (dalam hal ini sintaksis dan semantik) sangat menentukan nilai suatu wacana. Secara lebih sederhana, Crystal dan Cook dalam Nunan (1993) mendefinisikan discourse atau wacana sebagai unit bahasa lebih besar dari pada kalimat, sering berupa satuan yang runtut atau koheren dan memiliki tujuan dan konteks tertentu, seperti ceramah agama, argument, lelucon atau cerita. Walaupun tidak setegas Saphiro, Nunan melihat pentingnya unsur-unsur keruntutan dan koherensi sebagai hal yang penting untuk menilai sebuah wacana. Sementara Lubis secara lebih netral (2004:49) mendefinisikan wacana atau diskursus sebagai kumpulan pertanyaan-pertanyaan yang ditulis atau diucapkan atau dikomunikasikan dengan menggunakan tanda-tanda. While (dalam Lubis, 2004: 49) mengartikannya sebagai dasar utuk memutuskan apa yang akan ditetapkan sebagai suatu fakta dalam masalah-masalah yang dibahas, dan untuk menentukan apa yang sesuai untuk memahami fakta-fakta yang kemudian ditetapkan. Tidak seperti yang lain penulis melihat wacana lebih sebagai sebab dati pada sebagai akibat atau produk.
Analisis wacana model Nunan dilakukan melalui pembedahan dan pencermatan secara mendetil elemen-elemen linguistic seperti kohesi, ellipsis, konjungsi, dan struktur informasi. Untuk menunjukkan makna yang tidak tertampak pada permukaan sebuah wacana. Misalnya sebuah percakapan yang secara fisik tidak memiliki cohesive sama sekali tidak mendapatkan wacana yang runtut dalam konteks tertentu, sementara suatu kelompok kalimat yang memiliki cohesive links justru tidak atau belum tentu menjadi wacana yang runtut, hingga dapat disimpulkan bahwa eksistensi cohesive links tidak menjamin keruntutan suatu wacana. Oleh karenanya dibutuhkan pengetahuan mengenai fungsi setiap uaran yang ada untuk memahami sebuah diskursus.    
Dallmayr (dalam Latif 1996:80) bahasa dan wacana menurut pemahaman fenomenologi justru diatur dan dihidupkan oleh pengucapan-pengucapan yang bertujuan. Setiap pernyataan adalah tindakan penciptaan makna, yakni tindakan penbentukan diri serta pengungkapan jati diri sang pembicara. Analisis wacana dalam perspektif ini berusaha membongkar dan mengungkap maksud-maksud tersembunyi yang ada dibalik ujaran-ujaran yang diproduksi.
Dari keterangan diatas analisis wacana adalah ilmu baru yang muncul beberapa puluh tahun belakang ini. Aliran-aliran lingustik selama ini membatasi penganalisasiannya hanya kepada soal kalimat dan baru belakang ini sebagian ahli bahasa memalingkan perhatiannya kepada penganalisisan wacana.
Analisis wacana  atau pendekatan wacana adalah studi Islam tentang struktur pesan dalam komunikasi, selalu berhubungan dengan aneka fungsi (pragmatik) bahasa dalam penggunaan dan keseimbangan atau untaian wacana . tidak terlepas dari pemakaian kaidah berbagai cabang ilmu bahasa seperti halnya semantic, sintaksis, morfologi dan filologi.
Dari segi analisisnya, ciri dan sifat wacana itu dapat dikemukakan sebagai berikut:
1.      Rule of use, analisis wacana membahas kaidah didalam masyarakat (widdowson).
2.      Analisis wacana merupakan usaha memahami makna tuturan dalam konteks, teks dan situasi (Firth).
3.      Analisis wacana merupakan pemahaman rangkaian tuturan melalui interprestasi semantic (Beller).
4.      What is said from one is done, Analisis wacana berkaitan dengan pemahaman bahasa dalam tindak berbahasa (Labov).
5.      Functional use of  language coulthard, Analisis wacana diarahkan kepada masalah memakai bahasa secara fungsional.
Analisis wacana tidak hanya dalam penggunaan bahasa, tetapi juga untuk menganalisis konflik social antar kelompok atau permasalahan yang timbul di dalam masyarakat, seperti perdebadan muslim Nahdhotul Ulama’ dengan Muhammadiyah tentang penetapan hari raya idul fitri yang mempunyai pandangan dan cara menentukan penetapan ru’yah sangat menrik untuk diajadikan topic studi keislaman dengan menggunakan pendekatan wacana yang menekankan pada koherensi dan kohesi al-Quran.
  


       I.            KESIMPULAN

Pendekatan teks studi Islam usaha untuk mempelajari secara mendalam tentang seluk-beluk agama Islam secara makna teks tertulis. Pendekatan teks studi Islam ada lima, yaitu pendekatan Normatif, Semantik, Filologi, Hermeunetika dan Wacana.
1.      Pendekatan Normatif
Pendekatan Normatif adalah studi Islam yang memandang masalah dari studi legal-formalnya. Legal-formal adalah hukum yang ada hubungannya dengan halal dan haram, boleh atau tidak dan sejenisnya.
2.      Pendekatan Semantik
Pendekatan Semantik adalah kajian yang menekankan pada aspek bahasa. Pendekatan Semantik sama artinya dengan menekankan pada unsur bahasa yang dalam bahasa arab sering disebut lughawi.
3.      Pendekatan Filologi
 Pendekatan Filologi adalah pengetahuan tentang sastra-satra dalam arti luas yang mencakup sastra dan kebudayaan melalui naskah-naskah kuno.
4.      Pendekatan Hermeneutika
Pendekatan Hermeneutika adalah kajian studi Islam yang berhubungan dengan menafsirkan, menerjemahkan dan mengartikan suatu teks.
5.      Pendekatan wacana
Pendekatan wacana atay analisis wacana adalah studi Islam tentang struktur pesan dalam komunikasi, selalu berhubungan dengan aneka fungsi (pragmatik) bahasa dalam penggunaan bahasa dan kesinambungan atau untaian wacana.




       I.            PENUTUP

Dari pembahasan di atas dapat kita ketahui bersama, bahwa Pendekatan Teks Studi Islam tidak dapat berdiri sendiri tanpa konteks. Melalui pendekatan tersebut kita dapat memahami sebuah agama.
Demikianlah makalah yang dapat penulis paparkan tentang Pendekatan Teks Studi Islam. Kami menyadari dalam penulisan makalah ini banyak kekurangan. Maka dari itu kritik dan saran yang konstruktif sangat kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini dan berikutnya. Besar harapan kami semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca pada umumnya dan pemakalah pada khususnya. Amien.  



DAFTAR PUSTAKA

Abudin Nata, Ilmu Pendidikan Islam dengan Pendekatan Multidisipliner, Jakarta: Rajawali Press, 2009.
Ahmad As Shouwy, Mukjizat Al-Quran dan As- Sunah Tentang IPTEK, Jakarta: Gema Isnani Press, 1995.
Akmal Hawi, Dasar-Dasar Studi Islam, Jakarta: Rajawali Press, 2014.
Atho Mudzhar, Pendekatan studi Islam dalam Teori dan Praktik, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004.
Khoiruddin Nasution,  Pengantar Studi Islam, Yogyakarta: Academia, 2009.
M. Rikza Chamimi, Studi Islam Kontemporer, Semarang: Pustaka Rizki, 2002.
Rosihon Anwar, Pengantar Studi Islam, Bndung: Pustaka Setia, 2009.
Syamsul Arifin, Studi Agama Prespektif Sosiologis dan Isu-isu Kontemporer, Malang: UMM Press, 2009.



BIODATA

1)      Nama                   : Nor Rofi’
NIM                     : 133911017
Jurusan                 : PGMI
TTL                      : Demak, 31 Agustus 1994
Pendidikan SD    : MIN Jungpasir Wedung Demak
Pendidikan SMP : MTS Bandar Alim Jungpasir Wedung Demak
Pendidikan SMA: MA YPKM Raden Fatah Jungpasir Wedung Demak
Alamat                 : Ds. Jungpasir Rt.02 Rw.02 Wedung Demak
No. Telp               : 085740854780
Email                   : norrofi3@gmail.com
Facebook             : Nor Rofi’
Twitter                 : @norrofi
Blog                     : Nor Rofi’

2)      Nama                   : Lasmi Wiharyati
NIM                     : 133911018
Jurusan                 : PGMI
TTL                      : Kendal, 2 November 1994
Pendidikan SD    : MI Leban Boja Kendal
Pendidikan SMP : SMPN 23 Semarang
Pendidikan SMA: SMK Kendal
Alamat                 : Ds. Leban Rt.02 Rw. 04 Boja Kendal

No. Telp               : 085600263865
Email                   : lasmieuw@gmail.com
Facebook             : Lasmi Wiharyati
Twitter                 :-
Blog                     :-

3)      Nama                   : Adam Rizqi Al Azizi
NIM                     : 133911019
Jurusan                 : PGMI
TTL                      : Kendal, 17 Juli 1995
Pendidikan SD    : SDN 4 Langenharjo Kendal
Pendidikan SMP : SMPN 3 Patebon Kendal
Pendidikan SMA: MAN Kendal
Alamat                 : Ds. Langenharjo Rt.05 Rw.05 Kendal
No. Telp               : 085727710900
Email                   : -
Facebook             : Adam Rizqi
Twitter                 :-
Blog                     :-



[1] Abudin Nata, Ilmu Pendidikan Islam dengan Pendekatan Multidisipliner, (Jakarta: Rajawali Press, 2009), hlm. 40.
[2] Khoiruddin Nasution,  Pengantar Studi Islam, (Yogyakarta: Academia, 2009), hlm. 224.
[3] Syamsul Arifin, Studi Agama Prespektif Sosiologis dan Isu-isu Kontemporer, (Malang: UMM Press, 2009), hlm. 13.
[4]  Khoiruddin Nasution,  Pengantar Studi Islam, (Yogyakarta: Academia, 2009), hlm. 225
[5] Atho Mudzhar, Pendekatan studi Islam dalam Teori dan Praktik, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004), hlm. 37-38.
[6] Khoiruddin Nasution,  Pengantar Studi Islam, (Yogyakarta: Academia, 2009), hlm. 225.
[7] M. Rikza Chamimi, Studi Islam Kontemporer, (Semarang: Pustaka Rizki, 2002), hlm 150.
[8] Rosihon Anwar, Pengantar Studi Islam, (Bndung: Pustaka Setia, 2009), hlm. 212.
[9] Ahmad As Shouwy, Mukjizat Al-Quran dan As- Sunah Tentang IPTEK, (Jakarta: Gema Isnani Press, 1995), hlm. 27.
[10] Akmal Hawi, Dasar-Dasar Studi Islam, (Jakarta: Rajawali Press, 2014), hlm. 89.
[11] Khoiruddin Nasution,  Pengantar Studi Islam, (Yogyakarta: Academia, 2009), hlm. 230.    

Tidak ada komentar:

Posting Komentar